Harga Rp.40.000 + Ongkir
Sold Out
Sold Out
Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya sebagian penduduk asli Pulau Papua. Koteka terbuat dari kulit labu air, Lagenaria siceraria.
Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Secara harfiah,
kata ini bermakna "pakaian", berasal dari bahasa salah satu suku di
Paniai. Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya holim atau horim.
Tak sebagaimana anggapan umum, ukuran dan bentuk koteka tak berkaitan
dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas
pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di sana dapat
dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek
digunakan saat bekerja, dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan
dalam upacara adat.
Namun demikian, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Yali, misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkan orang Tiom biasanya memakai dua labu.
Seiring waktu, koteka semakin kurang populer dipakai sehari-hari.
Koteka dilarang dikenakan di kendaraan umum dan sekolah-sekolah.
Kalaupun ada, koteka hanya untuk diperjualbelikan sebagai cenderamata.
Di kawasan pegunungan, seperti Wamena,
koteka masih dipakai. Untuk berfoto dengan pemakainya, wisatawan harus
merogoh kantong beberapa puluh ribu rupiah. Di kawasan pantai, orang
lebih sulit lagi menemukannya.
Pada 1971, dikenal istilah "operasi koteka" dengan membagi-bagikan
pakaian kepada penduduk. Akan tetapi karena tidak ada sabun, pakaian itu
akhirnya tak pernah dicuci. Pada akhirnya warga Papua malah terserang
penyakit kulit ( wikipedia.org )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar