Harga @Rp.40.000
Kondisi Utuh
Sudah Tidak Diproduksi lagi
BAGI sebagian orang, menghisap rokok merupakan
kenikmatan tersendiri. Beberapa bilang, rokok adalah teman yang setia
yang tak pernah mengeluh. Sebagian lagi bilang, rokok menjadi sumber
inspirasi.
Bagi beberapa orang lainnya, ada pengalaman tersendiri dengan rokok.
Segelintir orang bisamendapat kenikmatan rokok tetapi tanpa
menghisapnya. Kepuasan mereka dapatkan dari mengoleksi rokok.
Salah seorang yang mempunyai kebiasaan unik itu adalah Butet
Kertarajasa. Seniman asal Jogja ini serius mengoleksi rokok sekitar
tahun 2004. Tapi, sebenarnya ia sudah menyukai dan mengumpulkan
gambar-gambar bungkus rokok sejak kecil. Caranya, ia menggunting gambar
di bungkus rokok itu, lalu menempelkannya di buku. “Kebanggaannya, punya
banyak gambar,” tutur pria yang juga perokok berat ini.
Butet mulai serius mengoleksi bungkus rokok saat ia mengunjungi ke
Kediri, tahun 2004 itu. Ketika itu, ia kehabisan rokok. Saat mencari di
warung-warung, ternyata rokok kesukaannya tidak ada. Yang ia temukan
malah rokok yang mereknya tidak pernah ia kenal. Lantaran penasaran,
Butet langsung memborong rokok-rokok tersebut. Saat perjalanan pulang
dari Kediri ia masih terus memburu berbagai merek rokok. “Perjalanan
yang seharusnya empat jam jadi delapan jam,” tambahnya. Di setiap
perempatan ia berhenti untuk mencari rokok. Hasilnya? Butet menemukan
400 merek rokok.
Kolektor rokok lainnya adalah Sumbo Tinarbuko. Dosen mata kuliah
Semiotika Iklan dan Penulisan Naskah Iklan di Jurusan Komunikasi FISIP
Universitas Atmajaya Yogyakarta ini mulai mengoleksi rokok sejak tahun
1993. Sumbo juga mengumpulkan rokok-rokok yang tidak terkenal di pasaran
dan harganya kurang dari Rp 5.000 per bungkus. “Saya menyebutnya rokok
indie,” ujarnya.
mengoleksi rokok bermula saat Sumbo menjadi Dosen Pembimbing
Lapangan Kuliah Kerja Nyata (DPL-KKN) ISI Yogyakarta, di daerah
Kalibagor, Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1993. Di sana, ia
menemukan rokok berbentuk sigaret kretek dengan merek “Praoe Lajar”.
Rokok itu menarik perhatiannya karena desain kemasan rokok itu sangat
unik.
Bagi Sumbo dan Butet hobi ini tak sekadar buang-buang duit. Manfaat
koleksi rokok indie bagi Sumbo adalah membantu pekerjaan. Sumbo
menjadikan gambar-gambar unik di bungkus rokok sebagai alat peraga dalam
mengajar komunikasi visual. Sementara Butet mengaku sering mendapatkan
ide saat memandangi koleksi rokoknya. Ia pernah menemukan rokok yang di
dalam kemasannya terdapat kata-kata “Rokok ini memakai tembakau sangat
canggih dan cocok untuk kaum intelektual.” Kalimat slogan ini justru
memunculkan ide menulis di benak Butet.
Selama berburu rokok, Butet menjadi mahfum karakter warung penjual
rokok. Warung yang bersih dan menggunakan etalase stainless steel, pasti
tak menjual rokok unik. Rokok unik hanya ada di warung yang menggunakan
etalase kayu. Saat ini, koleksi Butet mencapai 4.000 merek. Sedangkan
Sumbo sudah mengumpulkan 600-an berbagai merek rokok. (Menerimapesanan.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar