Yuk Cari Barang Antik kesukaanmu disini

Rabu, 29 Oktober 2014

Rokok Jaruemas

Harga @Rp.40.000
Kondisi Utuh
Sudah Tidak Diproduksi lagi

         BAGI sebagian orang, menghisap rokok merupakan kenikmatan tersendiri. Beberapa bilang, rokok adalah teman yang setia yang tak pernah mengeluh. Sebagian lagi bilang, rokok menjadi sumber inspirasi.
Bagi beberapa orang lainnya, ada pengalaman tersendiri dengan rokok. Segelintir orang bisamendapat kenikmatan rokok tetapi tanpa menghisapnya. Kepuasan mereka dapatkan dari  mengoleksi rokok.
Salah seorang yang mempunyai kebiasaan unik itu adalah Butet Kertarajasa. Seniman asal  Jogja ini  serius mengoleksi rokok sekitar tahun 2004. Tapi, sebenarnya ia sudah menyukai dan mengumpulkan gambar-gambar bungkus rokok sejak kecil. Caranya, ia menggunting gambar di bungkus rokok itu, lalu menempelkannya di buku. “Kebanggaannya, punya banyak gambar,” tutur pria yang juga perokok berat ini.
Butet mulai serius mengoleksi bungkus rokok saat ia mengunjungi ke Kediri, tahun 2004 itu. Ketika itu, ia kehabisan rokok. Saat mencari di warung-warung, ternyata rokok kesukaannya tidak ada. Yang ia temukan malah rokok yang mereknya tidak pernah ia kenal. Lantaran penasaran, Butet langsung memborong rokok-rokok tersebut. Saat perjalanan pulang dari Kediri ia masih terus memburu berbagai merek rokok. “Perjalanan yang seharusnya empat jam jadi delapan jam,” tambahnya. Di setiap perempatan ia berhenti untuk mencari rokok. Hasilnya? Butet menemukan 400 merek rokok.
        Kolektor rokok lainnya adalah Sumbo Tinarbuko. Dosen mata kuliah Semiotika Iklan dan Penulisan Naskah Iklan di Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta ini mulai mengoleksi rokok sejak tahun 1993. Sumbo juga mengumpulkan rokok-rokok yang tidak terkenal di pasaran dan harganya kurang dari Rp 5.000 per bungkus. “Saya menyebutnya rokok indie,” ujarnya.
       mengoleksi rokok bermula saat Sumbo menjadi Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata (DPL-KKN) ISI Yogyakarta, di daerah Kalibagor, Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1993. Di sana, ia menemukan rokok berbentuk sigaret kretek dengan merek “Praoe Lajar”. Rokok itu menarik perhatiannya karena desain kemasan rokok itu sangat unik.
      Bagi Sumbo dan Butet hobi ini tak sekadar buang-buang duit. Manfaat koleksi rokok indie bagi Sumbo adalah membantu pekerjaan. Sumbo menjadikan gambar-gambar unik di bungkus rokok sebagai alat peraga dalam mengajar komunikasi visual. Sementara Butet mengaku sering mendapatkan ide saat memandangi koleksi rokoknya. Ia pernah menemukan rokok yang di dalam kemasannya terdapat kata-kata “Rokok ini memakai tembakau sangat canggih dan cocok untuk kaum intelektual.” Kalimat slogan ini justru memunculkan ide menulis di benak Butet.
     Selama berburu rokok, Butet menjadi mahfum karakter warung penjual rokok. Warung yang bersih dan menggunakan etalase stainless steel, pasti tak menjual rokok unik. Rokok unik hanya ada di warung yang menggunakan etalase kayu. Saat ini, koleksi Butet mencapai 4.000 merek. Sedangkan Sumbo sudah mengumpulkan 600-an berbagai merek rokok. (Menerimapesanan.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar